Kamis, 02 Desember 2010

Asal Usul tumbuhan Kantong Semar _ tugas softskill

Kantong Semar

Genus Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam familia monotypic, terdiri dari 80-100 spesies, baik yang alami maupun hibrida. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia (55 spesies, 85%), Tiongkok bagian selatan, Malaysia, Filipina, Madagaskar, Seychelles, Australia, Kaledonia Baru, India, dan Sri Lanka. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.

       
Kerajaan : Plantae                                  Familia : Nepenthaceae
Filum : Magnoliophyta                         Genus : Nepenthes
Kelas : Magnoliopsida                           Spesies : -
Ordo : Caryophyllales                            Nama binomial: -


Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.

Kantong semar sudah dikenal sejak awal abad ke-18. Tanaman ini unik karena memiliki kantong yang tergantung di ujung daun. Kantong ini berfungsi menangkap hewan, terutama serangga, yang akan dijadikan nutrisi untuk tanaman. Kantong semar sudah masuk ke daftar tanaman yang terancam punah dan terdaftar dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora .

Inilah Tanaman Paling Rakus di Dunia

Apakah tanaman paling rakus di dunia? Jawabannya adalah Nephentes sp. atau yang lebih dikenal dengan nama kantung semar, tanaman yang pastinya sudah akrab di telinga anda. Tanaman itu bisa memakan 6000 rayap setiap harinya untuk mendapatkan nutrisi. 


Hah, memakan rayap? Yup, tanaman kantung semar adalah jenis tanaman karnivor, suatu jenis tanaman yang tidak hanya menyerap nutrisi dari tanah tetapi juga mendapatkannya dari hewan, terutama serangga. Salah satu jenis serangga yang dimanfaatkan tanaman karnivor, terutama kantung semar, adalah rayap. Bukan cuma lalat seperti sering dijadikan contoh.

Kantung semar memiliki bentuk seperti piala dengan lubang di tengahnya. Bagian bibir dari piala tersebut mengandung nektar yang berfungsi sebagai jebakan bagi serangga. Sementara bagian dalam dari piala memiliki permukaan licin, membuat serangga bisa bisa dengan mudah terperosok ke dalam piala.


Di alam bebas, strategi kantung semar agar bisa mendapat makanan ini bekerja dengan baik. Setiap harinya, ribuan serangga berduyun-duyun mendatangi kantung semar. Mereka memadati bagian bibir piala untuk bisa memakan nektarnya dan di tengah kepadatan itu, beberapa rayap yang bernasib sial terpaksa harus jatuh ke bagian dalam piala.

Jika sudah terjatuh, maka tamat sudah. Piala kantung semar akan mengatup, tak memungkinkan serangga untuk melarikan diri. Rayap-rayap itu harus merelakan dirinya menjadi santapan bagi kantung semar. Kantung semar akan menyerap nitrogen pada rayap, kemudian menggunakannya sebagai nutrisi.


Kantung Semar
Bagi Anda yang pernah memasuki hutan tropis di kawasan rimba Kalimantan mestinya melihat tumbuhan ini tidak terlalu asing, masyarakat setempat menamakannya "kantung semar" , biasanya kantung semar menjebak mangsanya dengan membuka katup atas dari bunga kantungnya tersebut kemudian ketika mangsa masuk biasanya akan tenggelam ke air karena di dalam kantung tersebut ada air lalu katup bisa menutup dan akhirnya mangsapun mati lemas. Dalam istilah latinnya kantong semar ini dikenal dengan nama Nepenthes , jenis kantung semar sendiri sangat banyak variannya. Saat ini pun sebetulnya Kantong Semar ini dijadikan komoditi tanaman hias di Indonesia pasca demam Anthurium dan Gelombang Cinta, banyak di pasarkan di toko toko tanaman hias.
  • Nepenthes Inermis merupakan Highland Sumatra yaitu species Nepenthes endemik sumatra yang melegenda dengan kantong antik berbentuk seperti gelas anggur. Kategori sangat langka, menyukai tempat teduh tapi cukup sinar matahari, kebasahan sedang, kelembaban tinggi. Sampai saat ini belum diketahui memiliki silangan di alam. 
  • Nepenthes AmpulariaLowland Kalimantan species menarik dengan bentuk bulat dan peristome tebal yang menjorok ke dalam. Dalam kondisi prima dapat mengeluarkan hamparan kantong rosete. Menyukai sinar matahari dan kebasahan, kelembaban tinggi.
  • Nepenthes Pyriformis (N. Inermis x N. Talangensis), silangan alam yang sangat langka dari dua species yang langka Nepenthes Inermis dan Nepenthes Talangensis. Dengan warna dan Peristome yang sangat menawan. 

Keunikan Tanaman Kantong Semar 

Keunikan nepenthes ada pada cara ia mendapatkan makanan. Bukan dengan akar yang menyerap nutrisi dari tanah, tanaman ini menyerap nutrisi dari serangga yang terjebak di dalam kantongnya. Serangga-serangga malang ini dihancurkan oleh semacam senyawa menyerupai asam lambung lantas dihisap sari-sarinya. Itulah sebabnya ia mampu bertahan di daerah yang tergolong tandus. Nepenthes atau kantong semar ditemukan mulai dari Madagaskar di bagian barat dunia hingga Kaledonia di sebelah timur. Di utara ia ditemukan di China Selatan dan di selatan ia ada di Australia. Jenis terbanyak ditemukan di Asia Tenggara, terutama Indonesia. 

Rahasia sukses perbanyak kantung semar 


Umumnya, budidaya nepenthes dilakukan di greenhouse oleh para penangkar. Namun jika mau, Anda bisa mencobanya di rumah, asal tahu trik-triknya. Nepenthes yang mudah dibudidayakan adalah N. alata, N. ventricosa, N. khasiana, dan N. sanguinea. Keempatnya adalah jenis nepenthes dataran tinggi. Sedangkan untuk kantong semar dataran rendah, jenis yang relatif paling mudah dibudidayakan adalah N. rafflesiana, N.bicalcarata, N.mirabilis, dan N.hirsuta.

Tanaman nepenthes bisa diperbanyak dengan menggunakan berbagai cara. Yang pertama dengan menggunakan biji. Biji didapat dengan cara menyerbuki bunga betina dengan serbuk sari bunga jantan. Penyemaian biji dilakukan pada media sphagnum moss yang dilembabkan. Kelembaban harus dijaga dengan seksama agar tidak terlalu kering atau terlalu lembab sehingga terinfeksi oleh cendawan. Untuk memperbaiki kualitas aerasi dan mencegah kelembaban, campur sphagnum moss dengan pakis anggrek atau perlite (komposisi 1:1). Biji akan berkecambah maksimal sampai dua bulan dan butuh waktu 3-4 tahun untuk mencapai ukuran dewasa. Selain karena lama, metode ini kurang populer karena kualitas biji nepenthes umumnya cepat menurun segera setelah dipanen.

Untuk metode stek, media yang bisa digunakan adalah sphagnum moss atau moss hijau untuk merangkai bunga. Media ini bagus karena bisa mengikat air dalam jumlah banyak. Stek dilakukan dengan cara memotong batang tanaman dewasa yang telah memanjang, dapat berupa pucuk atau bagian batang lain yang masih berwarna hijau. Bahan stek dapat berupa stek satu mata hingga lebih dari lima mata tunas. Ingat, untuk meletakkan stek-stek ini di lokasi yang ternaungi tetapi tetap mendapat sinar matahari. Anda bisa menggunakan paranet untuk mengatur jumlah sinar yang masuk. Dengan metode ini, batang stek akan mulai berakar setelah 1-2 bulan, dan mencapai ukuran dewasa setelah 6 bulan. Umumnya, nepenthes tidak memerlukan hormon tambahan untuk merangsang perakaran. Namun pada beberapa spesies, hormon dapat membantu mempercepat perakaran. Kelebihan hormon dapat menyebabkan stek menjadi busuk.
Pemisahan anakan juga dapat dilakukan untuk memperbanyak nepenthes. Nepenthes umumnya mengeluarkan anakan setelah tanaman cukup dewasa. Anakan dipisah dari induknya jika telah memiliki akar sendiri.
Nepenthes juga bisa diperbanyak dengan cara mencangkok. Proses pencangkokannya sama seperti cara mencangkok tanaman berkayu lainnya. Selain itu, nepenthes juga bisa diperbanyak dengan cara "merunduk". Caranya adalah dengan menimbun sulur nepenthes yang memanjang dengan media tanam. Bagian yang ditimbun adalah bagian ruas-ruas batang yang berpotensi menghasilkan akar. Lama kelamaan, bagian ini akan berakar dan nepenthes hasil rundukan siap dipisahkan dari induknya.

Kultur jaringan, adalah metode yang paling umum dipakai saat ini, khususnya oleh penangkar yang memiliki nursery. Alasannya, caranya terhitung mudah, waktu produksi yang lebih singkat, dan resiko kegagalan yang relatif lebih kecil. Produksi yang tergolong "massal" ini bisa menekan harga jual nepenthes. Karenanya, cara ini juga mengurangi pengambilan kantong semar langsung dari alam bebas untuk dijual. 

Mengapa Semut tidak Dimangsa Si Kantong Semar?  

Pada gambar, kita dapat melihat tumbuhan kantong semar sebagai “perangkap serangga”. Namun, serangga-serangga tertentu lolos dari jebakan tumbuhan kantong semar. Misalnya, semut dapat hidup berdampingan dengan kantong semar. Secara ajaib, tumbuhan ini tidak mempedulikan keberadaan semut.

Di dalam kantung tumbuhan “kantong-semar“ Nepenthes bicalcarata yang hidup di sebelah India Timur, hiduplah koloni semut. Tumbuhan ini bentuknya seperti teko dan memangsa serangga yang menghinggapinya. Meskipun demikian, semut bebas bergerak dan mengambil sisa-sisa serangga dan bahan makanan lainnya dari tumbuhan ini.

Kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak, semut dan tumbuhan. Meski semut mungkin saja dimakan Nepenthes, mereka dapat membangun sarang pada tumbuhan ini. Sang tumbuhan juga menyisakan jaringan tertentu dan sisa-sisa serangga untuk semut. Dan sebagai balasannya, semut melindungi tumbuhan dari musuhnya.

Begitulah contoh hubungan kehidupan antara tumbuhan dan semut. Bentuk anatomi dan fisiologi semut dan tumbuhan inangnya telah dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan hubungan timbal balik antara keduanya. Meskipun para pembela teori evolusi menyatakan bahwa hubungan antarjenis makhluk hidup ini berkembang secara berangsur-angsur selama jutaan tahun, tetapi tentu saja pernyataan yang mengatakan bahwa dua makhluk yang tidak memiliki kecerdasan ini dapat sepakat merencanakan suatu sistem yang menguntungkan kedua belah pihak tidaklah masuk akal. Lalu, apa yang menyebabkan semut hidup pada tumbuhan?

Semut cenderung tinggal pada tumbuhan karena adanya cairan bernama "nektar tersisa" yang dikeluarkan tumbuhan. Cairan nektar ini merupakan daya tarik bagi semut untuk mendatangi tumbuhan. Banyak spesies tumbuhan yang terbukti mengeluarkan cairan ini pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, pohon ceri hitam menghasilkan cairan ini hanya tiga minggu dalam setahun. Tentu pengeluaran cairan pada waktu ini bukan kebetulan karena waktu tiga minggu ini bertepatan dengan satu-satunya waktu sejenis ulat menyerang pohon ceri hitam. Semut yang tertarik pada nektar dapat membunuh ulat ini serta melindungi tumbuhan.

Hanya dengan menggunakan akal sehat, kita dapat melihat bahwa hal ini adalah bukti hasil penciptaan. Akal sehat tidak mungkin bisa menerima bahwa pohon ini dapat memperhitungkan kapan bahaya akan menyerang lalu memutuskan bahwa cara terbaik untuk melindungi dirinya adalah dengan cara menarik perhatian semut serta mengubah struktur kimianya. Pohon ceri tidak punya otak. Oleh karena itu, ia tidak dapat berpikir, memperhitungkan, maupun mengubah campuran kimianya. Bila kita menganggap bahwa cara cerdas ini adalah sifat yang diperoleh dari suatu kebetulan, yaitu dasar berpikir evolusi, tentu ini tidaklah masuk akal. Jelas sekali bahwa pohon ini telah melakukan sesuatu yang didasarkan pada kecerdasan dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, satu-satunya kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa sifat tumbuhan ini telah terbentuk karena adanya sebuah Kehendak yang telah menciptakannya. Bila kita merujuk pada segala bentuk pengaturan yang dibuat-Nya, jelas sekali bahwa Dia tidak hanya berkuasa atas pohon, tetapi juga atas semut dan ulat. Jika penelitian dilakukan lebih jauh lagi, tentunya dapat diketahui bahwa Dia berkuasa atas semesta alam dan telah mengatur setiap bagian alam secara terpisah namun serasi dan selaras, sehingga membentuk sebuah rangkaian sempurna yang kita kenal sebagai "keseimbangan ekologi". 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar